RMN-child-smile.jpg
Rilis Berita

Mengenang Kehidupan Presiden Russell M. Nelson

Keluarga dan para pemimpin mengenangnya sebagai “dokter terkasih”

Dengan kesedihan mendalam, kami mengumumkan bahwa Russell M. Nelson, Presiden terkasih Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, telah meninggal dunia dengan tenang pada pukul 22.00 MDT hari ini di rumahnya di Salt Lake City. Dia berusia 101 tahun—presiden tertua dalam sejarah Gereja.

Presiden Nelson dipanggil sebagai Rasul pada tanggal 7 April 1984. Dia menjadi pemimpin Gereja pada tanggal 14 Januari 2018. Masa kehidupannya sebagai nabi akan selamanya dikenang sebagai salah satu pemberian pelayanan global (dia mengunjungi 32 negara dan teritori-teritori di Amerika Serikat), peningkatan pembangunan bait suci (dia mengumumkan 200 bait suci baru), dan perubahan yang mendalam. Dimulai pada konferensi umum April 2018 di mana dia didukung sebagai presiden Gereja, Nabi mulai memperkenalkan penyesuaian-penyesuaian yang sering dilakukan dengan tujuan membantu para Orang Suci memberi pelayanan lebih seperti Yesus Kristus dan lebih menekankan keberpusatan kepada Juruselamat dunia dalam segala hal yang Gereja lakukan. Bagian-bagian selanjutnya dari obituari ini memberikan gambaran terperinci tentang perjalanannya sebagai presiden dan banyak perubahan yang dia implementasikan.

Downloadable video for journalists: Tribute video (transcript) | B-roll | SOTs (transcript)

Sebelum pelayanan penuh waktu di Gereja, Presiden Nelson adalah seorang ahli bedah jantung yang dihormati dan dihargai di seluruh dunia. Dia melakukan operasi jantung terbuka pertama di Utah pada tahun 1955. Dia menjabat sebagai presiden Perhimpunan Bedah Vaskular, direktur Dewan Bedah Toraks Amerika, ketua Dewan Bedah Kardiovaskular Asosiasi Jantung Amerika, dan presiden Asosiasi Medis Negara Bagian Utah. Dia telah menulis banyak bab dalam buku teks kedokteran dan publikasi-publikasi lainnya. Dia memberikan kuliah dan mengunjungi secara profesional banyak organisasi di seluruh Amerika Serikat dan negara-negara lain. Dan dia menguasai 11 bahasa.

“Kami semua yang telah bekerja bersama Russell M. Nelson, serta banyak orang yang dia ajar dan berhubungan dengannya, takjub dengan kerendahhatiannya yang luar biasa untuk seorang pria dengan pencapaian sebesar itu,” tutur Presiden Dallin H. Oaks, yang dipanggil untuk melayani dalam Kuorum Dua Belas Rasul pada hari yang sama dengan Presiden Nelson pada tahun 1984 dan yang melayani sebagai Penasihat Pertama Presiden Nelson dalam Presidensi Utama. “Dan [kami] mengagumi kelembutannya. Dia adalah orang yang paling lembut dan paling baik hati yang Anda bisa harapkan untuk bergaul dengannya. Dan dia akan selalu dikenang seperti itu.”

Presiden Nelson meninggalkan istri terkasihnya, Wendy, delapan dari sepuluh anaknya, 57 cucu, dan lebih dari 167 cicit.

Sama seperti para Rasul pada zaman Perjanjian Baru, para Rasul Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir dipanggil untuk menjadi para saksi khusus Yesus Kristus. Presiden Nelson adalah salah satu dari 15 orang yang membantu mengawasi pertumbuhan dan perkembangan Gereja global, yang kini memiliki lebih dari 17 juta anggota.

Seorang penerus tidak diharapkan akan dipilih secara formal oleh Kuorum Dua Belas Rasul Gereja hingga setelah pemakaman Presiden Nelson (perinciannya masih menunggu).

Seorang “Dokter Terkasih” yang Memadukan Kedokteran dan Iman

Nelson with heart
Nelson with heart
Russell M. Nelson menjelaskan prosedur bedah kepada seorang perawat.2020 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
Download Photo

Seseorang mungkin tidak menyangka bahwa seorang Rasul adalah seorang ahli bedah jantung yang terkenal di dunia, seperti halnya Presiden Nelson sebelum pemanggilannya untuk melayani seumur hidup di Gereja. Namun, menyembuhkan hati secara fisik dan rohani bukanlah hal yang tidak lazim bagi para murid Yesus Kristus di setiap zaman. Penulis Perjanjian Baru, Lukas, adalah seorang tabib yang cukup terkenal—bahkan Rasul Paulus, yang bepergian bersamanya sebagai misionaris, menyebutnya “tabib yang terkasih” (Kolose 4:14).

Sebagai seorang dokter, Presiden Nelson mungkin paling dikenal karena peranannya dalam pengembangan mesin jantung dan paru-paru buatan yang cukup kecil untuk berfungsi di ruang operasi. Dimungkinkan berkat dukungan dan dorongan yang tak ternilai dari istri pertamanya, Dantzel, pencapaian ini semakin memperkuat apresiasinya terhadap karunia kehidupan. “Saya pikir seorang ahli bedah berada dalam posisi yang unik untuk memahami salah satu ciptaan terbesar Allah—tubuh manusia,” tuturnya. “Setiap segmen tubuh memotivasi saya untuk beriman.”

Rasa hormat Presiden Nelson terhadap kehidupan menanamkan dalam dirinya pendekatan rohani terhadap kedokteran. Tulisan suci yang menjadi pedoman utamanya dalam Ajaran dan Perjanjian menuntun tindakannya baik di dalam maupun di luar ruang pembedahan: “Dan ketika kita mendapatkan berkat apa pun dari Allah, itu adalah karena kepatuhan pada hukum itu yang di atasnya itu dilandaskan” (Ajaran dan Perjanjian 130:21).

“Dengan kata lain,” Presiden Nelson berkata, “Anda tidak berharap untuk mendapatkan berkat; Anda bekerja untuk mendapatkan berkat dan Anda mewujudkannya. Saya sering mengajar tim saya yang bekerja bersama saya: Pasien ini telah berdoa untuk kesuksesan, dan keluarganya juga berdoa untuk kesuksesan. Semua doa itu tidak akan berguna sedikit pun jika Anda membuat satu kesalahan saja, jadi Anda harus melakukan pekerjaan Anda dengan sempurna agar pasien ini memiliki kesempatan untuk mendapatkan berkat yang mereka cari.”

Hari-hari kuliah kedokterannya berlangsung hingga 12 tahun pertama pernikahannya. Dia lulus dari fakultas kedokteran Universitas Utah pada usia 22 tahun, diikuti dengan magang dan beberapa tahun lagi program dokter spesialis di Minnesota dan Massachusetts; dua tahun tugas militer di Washington, D.C., dan di luar negeri; serta gelar Ph.D. dari Universitas Minnesota. Minatnya yang sangat besar dalam penelitian akhirnya membawa dia pada karya inovatifnya untuk mesin jantung-paru. Dia kemudian menjabat sebagai profesor riset bedah dan direktur Program Residensi Bedah Toraks di Universitas Utah, serta ketua Divisi Bedah Toraks di Rumah Sakit LDS di Salt Lake City.

russell-m.-nelson
russell-m.-nelson
Presiden Russell M. Nelson pada tahun 1982. Dia adalah seorang ahli bedah jantung yang berbakat selama bertahun-tahun sebelum dipanggil untuk menjadi Rasul di Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir.2020 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
Download Photo

Pada tahun 1955, Presiden Nelson melakukan bedah jantung terbuka pertama di Utah, dan dia menyelesaikan lebih dari 7.000 bedah sepanjang kariernya. Salah satu pembedahannya yang paling menonjol terjadi pada tahun 1972, ketika kecintaan Presiden Nelson terhadap kedokteran dan imannya mencapai puncaknya ketika dia diminta untuk melakukan pembedahan berisiko tinggi bagi Spencer W. Kimball, yang pada saat itu merupakan seorang Rasul Senior Gereja. Presiden Nelson melayani sebagai Presiden Umum Sekolah Minggu Gereja sambil terus menjalankan pekerjaannya sebagai ahli bedah jantung. Dia diberikan berkat imamat sebelum pembedahan yang dia yakini memengaruhi hasilnya.

“Itu seperti seorang musisi yang memainkan konser piano tanpa pernah membuat kesalahan atau seorang pelempar bola bisbol yang melempar sembilan inning tanpa kesalahan,” tuturnya. “Pembedahan yang panjang dan rumit itu dilakukan tanpa satu pun kesalahan. Dan pada akhir pembedahan, ketika jantungnya berdetak dengan kuat, saya tahu bahwa dia akan tetap hidup. Dan saat kami menutup dadanya, saya merasa bahwa pria ini akan hidup untuk menjadi Presiden Gereja.”

Spencer W. Kimball benar-benar menjadi Presiden Gereja dan hidup selama 13 tahun lagi.

“[Presiden Nelson] memiliki wawasan mendalam dari pelatihan medisnya mengenai masalah kesehatan yang timbul pada para Pembesar Umum,” tutur Presiden Oaks. “Dan dia memberikan wawasan yang luar biasa kepada kita tentang apa arti diagnosis semacam itu, apa prospeknya, dan implikasi praktis dari diagnosis khusus tersebut.”

Kehidupan Bersama Dantzel

Presiden Nelson selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap tugas yang dihadapinya. Ketika masih kecil, seni pertunjukan, bukan seni penyembuhan, yang pertama kali menarik perhatiannya. Dia bernyanyi tenor dalam kuartet pemenang penghargaan dan berperan sebagai pemeran utama dalam sebuah pertunjukan musik saat menjadi mahasiswa tingkat pertama di Universitas Utah. Sesungguhnya, kecintaannya pada musik akhirnya membawanya kepada cinta sejatinya.

Russell-and-Dantzel
Russell-and-Dantzel
Russell M. Nelson and his wife, Dantzel, in 1945.2020 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
Download Photo

Dia ingat saat datang ke latihan untuk sebuah pertunjukan teater yang akan datang dan mendengar suara soprano di atas panggung. “Dia sangat memukau,” kenang Presiden Nelson. “Suaranya luar biasa, dan saya bertanya, ‘Siapa itu?’ Direktur musik menjawab, ‘Itu Dantzel White.’ Dia adalah orang yang akan bernyanyi bersamamu dalam pertunjukan ini.” Presiden Nelson berkata, “Kami tidak pernah berkencan dengan orang lain lagi sejak saat itu.”

Musik menjadi pusat kehidupan mereka bersama. Keluarga Nelson tidak pernah kehabisan musik di rumah mereka setelah membeli piano bekas seharga kurang dari $100 pada awal pernikahan mereka. Selama masa-masa sebagai dokter, Presiden Nelson bangun pagi-pagi buta untuk bermain piano dan menelaah tulisan suci. Dengan memadukan keduanya, tuturnya, hal itu membawa pengaruh rohani ke dalam rumah mereka.

Seperti banyak pasangan muda yang baru menikah, keluarga Nelson bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup, dan hal itu tidak selalu mudah. Presiden Nelson mengingat saat dia berjalan-jalan di jalanan Boston suatu malam bersama istrinya, yang saat itu memiliki empat anak, ketika istrinya menempelkan hidungnya ke kaca jendela toko furnitur dan bertanya, “Sayang, apakah suatu hari nanti kita akan bisa membeli lampu?” Pada masa-masa itu, tutur Presiden Nelson, mereka teringat akan tulisan suci dalam Matius 6:33, yang berbunyi, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya; dan semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

“Saya pikir mereka adalah tim yang sangat kompak,” kenang Gloria Nelson Irion, anak ketiga dari 10 bersaudara Nelson, yang terdiri dari sembilan perempuan dan satu laki-laki. “Mereka saling merawat dengan baik dan benar-benar yakin akan kasih mereka satu sama lain. Ketika ayah saya pulang dari kerja atau masuk ke rumah, hal pertama yang dia lakukan adalah mencari ibu saya dan menyapanya dengan pelukan dan ciuman. Dia menunjukkan kepada kami bahwa hal terbaik yang dapat dilakukan seorang pria untuk anak-anaknya adalah mengasihi ibunya.”

Nelson-family
Nelson-family
Keluarga Nelson pada tahun 1982.2020 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
Download Photo

Dantzel adalah pusat dari rumah keluarga Nelson. Presiden Nelson berkata, “Dia telah menemani saya dalam kerekanan, memberikan 10 anak yang luar biasa, dan semua hal tak ternilai yang seorang istri berikan kepada suaminya untuk membantunya berjuang menuju pencapaian dan ketidakegoisan.”

Dari yang tertua hingga yang termuda, anak-anak Keluarga Nelson adalah (dengan nama pasangan dalam kurung) Marsha N. Workman (Richard Workman), Wendy N. Maxfield (wafat pada tahun 2019, menikah dengan Norman A. Maxfield), Gloria N. Irion (Richard A. Irion), Brenda N. Miles (Richard L. Miles), Sylvia N. Webster (David R. Webster), Emily N. Wittwer (wafat pada tahun 1995, menikah dengan Bradley E. Wittwer), Laurie N. Marsh (Richard M. Marsh), Rosalie N. Ringwood (Michael T. Ringwood), Marjorie N. Lowder (Bradley J. Lowder) dan Russell M. Nelson Jr. (Britney).

Di sisi lain, Presiden Nelson menghabiskan waktu bersama anak-anaknya di tengah jadwal medis dan gereja yang padat. Dia banyak bepergian dan sering membawa satu anggota keluarga bersamanya di setiap perjalanan. Dia memandang waktu-waktu ini bersama anak-anaknya sebagai investasi yang bijaksana. “Perjalanan-perjalanan itu memberi saya kesempatan untuk mendengarkan masalah dan ambisi mereka, serta bagi kami untuk saling berbicara dan berbagi gagasan serta pengalaman satu sama lain,” tuturnya. Kegiatan seperti membaca tulisan suci, doa keluarga dua kali sehari, dan malam keluarga mingguan juga membantu menjaga keakraban keluarga.

“Seiring dengan bertambahnya anggota keluarga, dia memastikan untuk hadir di setiap acara penting. Dia hadir dalam setiap pemberkatan anak, pembaptisan, penahbisan imamat, perpisahan misionaris, [dan] pernikahan,” tutur Irion.

Menikah dengan Wendy L. Watson

Presiden Nelson dengan sungguh-sungguh percaya bahwa rahasia kehidupan yang bahagia bukanlah apa yang Anda miliki, melainkan pengetahuan yang Anda miliki tentang Allah. Orang-orang “harus tahu bahwa Allah hidup.” Mereka harus tahu bahwa Dia memiliki rencana untuk mereka. Jika mereka mau mengikuti rencana itu, mereka akan menemukan sukacita, meskipun kesulitan hidup membawa duka, tantangan, terkadang rasa sakit, dan kesedihan,” tuturnya. “Jika mereka dapat memiliki iman kepada-Nya dan menghubungkan diri mereka dengan-Nya, mereka akan memiliki kekuatan untuk bertahan menghadapi cobaan yang akan dihadapi dalam hidup. Dalam prosesnya, mereka akan menemukan sukacita yang besar.”

Keteguhan rohaninya diuji ketika Dantzel, yang sangat dikasihinya, meninggal dunia secara tiba-tiba pada Februari 2005. Justru, kematiannya memperkuat keyakinan dan komitmennya terhadap keluarga.

Pada konferensi umum April 2006, Presiden Nelson berbicara tentang pentingnya memperkuat pernikahan.

“Pernikahan memberikan peluang kebahagiaan yang lebih besar daripada hubungan manusia lainnya,” tuturnya. “Namun, beberapa pasangan suami istri gagal mencapai potensi penuh mereka. Mereka membiarkan hubungan romantis mereka menjadi berkarat, saling menganggap remeh, dan membiarkan kepentingan lain atau sikap pengabaian mengaburkan pandangan tentang apa yang sebenarnya bisa menjadi pernikahan mereka. Pernikahan akan lebih bahagia jika dirawat dengan lebih teliti.”

Tidak lama setelah konferensi, Presiden Nelson menikah dengan Wendy L. Watson. Sebelum menikah, Sister Nelson yang lahir di Kanada telah menjadi dosen terapi pernikahan dan keluarga selama 25 tahun—13 tahun terakhir di Brigham Young University.

Nelson Singapore
Nelson Singapore
Presiden Russell M. Nelson dan istrinya, Wendy, di Singapura, Rabu, 20 November 2019.2019 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
Download Photo

Sister Nelson telah menceritakan pergumulan rohani tentang puasa dan doa yang dia alami sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan dengan Penatua Nelson saat itu. Dia mengatakan bahwa bergabung dengan keluarga besar dan meninggalkan kariernya, di antara hal-hal lain, ternyata menjadi tantangan yang sangat besar.

“Kami berpikir, ‘Oh, itu kehendak Tuhan. Itu artinya semuanya akan menjadi sangat mudah, indah, dan menakjubkan.’ Dan justru itu yang sulit,” tutur Sister Nelson selama perjalanan pemberian pelayanan ke Pasifik bersama Nabi pada Mei 2019. “Kami memiliki ekspektasi yang berbeda. Tidak diragukan lagi, dia masih berduka atas Dantzel .… Itu adalah perubahan yang sangat besar.”

“Kami sangat mengasihinya,” tutur Irion. “Dia telah menjadi berkat yang besar bagi ayah saya dan juga bagi keluarga kami karena telah merawatnya.”

“Anak-anaknya luar biasa, saya harus akui,” Sister Nelson menambahkan. “Saya ingin menjadi teman mereka, dan mereka tentu saja teman saya. Mereka menerima saya dengan sangat hangat. Cucu-cucunya luar biasa. Dan sekarang cicit-cicitnya benar-benar menakjubkan.”

Selama kunjungan pemberian pelayanan ke Australia pada tahun 2019, Presiden Nelson menggambarkan Wendy dengan cara berikut: “Dia seorang dokter. Dia adalah seorang ahli gerontologi. Dia adalah terapis pernikahan dan keluarga. Dan dia adalah wanita yang sangat menyenangkan untuk berada bersamanya.”

Seorang Nabi Poliglot [Menguasai Banyak Bahasa] bagi Bangsa-Bangsa

Selama kunjungan pemberian pelayanan ke beberapa negara Amerika Latin pada musim gugur 2019, nabi menyampaikan sebagian besar khotbahnya dalam bahasa Spanyol, yang disambut dengan sangat baik oleh para Orang Suci Zaman Akhir setempat. Di Peru, misalnya, dia menyampaikan sambutan pembuka dalam bahasa Inggris. Kemudian dia beralih, dengan mengatakan, “Dengan izin Anda, saya ingin berbicara dengan Anda dalam bahasa Spanyol.” Seluruh stadion bergemuruh dengan tepuk tangan.

President-Nelson-in-Peru
President-Nelson-in-Peru
Presiden Russell M. Nelson, istrinya, Wendy, dan Penatua Gary E. Stevenson dari Kuorum Dua Belas Rasul, menyapa para Orang Suci Zaman Akhir di Peru dalam sebuah kebaktian malam pada tanggal 20 Oktober 2018.2018 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
Download Photo

“Saya pernah bersama dia, dan dia menggunakan bahasa Rusia sebagai bagian dari komunikasi dengan seseorang yang berbahasa Rusia,” tutur Presiden Oaks. “Saya tahu bahwa dia mempelajari bahasa Mandarin cukup untuk berpartisipasi dalam bedah jantung terbuka di Tiongkok, memberikan petunjuk dalam bahasa Mandarin di ruang bedah.”

Sebenarnya, putrinya mengatakan bahwa ayahnya menguasai 11 bahasa.

“Saya pikir dia senang bertemu orang-orang dari seluruh dunia,” tutur Irion. “Dia senang melihat mereka menerima Injil, menjadi Orang-Orang Suci, dan melihat perubahan dalam diri mereka dari kesedihan menjadi harapan, dan dari kegelapan menjadi terang.”

Dia juga merupakan tokoh penting dalam upaya mendapatkan pengakuan bagi Gereja di banyak negara komunis. “Dia adalah saksi mata atas mukjizat yang terjadi di sana,” tutur putrinya. “Dia telah melakukan yang terbaik yang dia bisa, dan kemudian Tuhan yang mengurus sisanya. Pintu demi pintu terbuka yang tidak pernah dia pikirkan akan terbuka.”

Setelah menjadi pemimpin Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir pada Januari 2018, Presiden Nelson melakukan banyak kunjungan kepada Orang-Orang Suci Zaman Akhir serta pemimpin pemerintah dan agama di hampir setiap benua. Dia telah mengunjungi 32 negara dan teritori-teritori di Amerika Serikat.

Dia juga menghabiskan waktu yang cukup lama untuk menjalin hubungan dengan para pemimpin dari agama, kelompok, dan negara lain. Kunjungannya yang paling terkenal adalah kepada Paus Fransiskus di Vatikan pada Maret 2019 dan hubungannya dengan Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Orang Kulit Berwarna (NAACP), sebuah organisasi hak kebebasan sipil di Amerika Serikat.

Presidents-Nelson-and-Ballard-meets-with-the-Pope
Presidents-Nelson-and-Ballard-meets-with-the-Pope
Paus Fransiskus menyambut Presiden Russell M. Nelson di Vatikan pada Sabtu, 9 Maret 2019.Photo courtesy of the Vatican.
Download Photo

“Kami memiliki sebuah pengalaman yang sangat bersahabat dan tak terlupakan,” tutur Presiden Nelson mengenai kunjungannya kepada Paus. “Yang Mulia, dia sangat baik hati, hangat, dan ramah. Sungguh pria yang baik hati, luar biasa, dan betapa beruntungnya umat Katolik memiliki pemimpin yang begitu ramah, peduli, penuh kasih sayang, dan mumpuni.”

Pada Mei 2018, Nabi bergabung dengan para pemimpin NAACP dalam seruan untuk meningkatkan keberadaban dan keharmonisan ras. Kemudian, pada Juli 2019, para pemimpin NAACP mengundang Presiden Nelson untuk berbicara di konvensi tahunan di Detroit organisasi tersebut. “Kita tidak harus sama atau terlihat sama untuk saling mengasihi. Kita bahkan tidak harus bersepakat satu sama lain untuk saling mengasihi,” tutur Presiden Nelson. Dia kembali berkumpul dengan para pemimpin NAACP pada Juni 2021 untuk mengumumkan prakarsa pendidikan dan kemanusiaan yang terkait dengan kolaborasi mereka yang berkelanjutan.

Nabi mengunjungi para pemimpin dari banyak negara saat melakukan perjalanan ke berbagai negara. Ini termasuk pejabat pemerintah dari Kamboja, Kolombia, Indonesia, Selandia Baru, Peru, Samoa, Tonga, Vietnam, dan negara-negara lain. Dia juga menyambut banyak pemimpin ke Taman Bait Suci, termasuk delegasi Vietnam, duta besar Kuba, dan pemimpin Liga Dunia Muslim.

Nabi memperkuat upaya-upaya membina hubungan ini dengan mendorong para Orang Suci Zaman Akhir untuk menjadi pembawa damai yang “membangun, mengangkat, mendorong, membujuk, dan mengilhami—tidak peduli betapa sulitnya situasi tersebut.”

“Brother dan sister, kita benar-benar bisa mengubah dunia—satu orang dan satu interaksi pada satu waktu. Bagaimana caranya? Dengan mencontohkan cara mengelola perbedaan pendapat yang jujur dengan saling menghormati dan dialog yang bermartabat,” tutur Presiden Nelson. “Jika Anda serius ingin membantu mengumpulkan Israel dan membangun hubungan yang akan bertahan sampai kekekalan, sekaranglah saatnya untuk menyingkirkan kepahitan. Sekarang adalah saatnya untuk berhenti bersikeras bahwa hanya cara Anda yang benar. Sekarang adalah saatnya untuk berhenti melakukan hal-hal yang membuat orang lain merasa khawatir dan takut membuat Anda kesal. Sekarang adalah saatnya untuk mengubur senjata perang Anda. Jika perbendaharaan kata-kata Anda dipenuhi dengan hinaan dan tuduhan, sekarang adalah saatnya untuk membuangnya. Anda akan bangkit sebagai pria atau wanita yang kuat secara rohani dalam Kristus.”

Selama perjalanan bersama Presiden Nelson pada tahun 2018 (perjalanan yang termasuk singgah di Yerusalem, kota damai), Penatua Jeffrey R. Holland saat itu dari Kuorum Dua Belas Rasul mencatat visi global Presiden Nelson.

“Dia adalah nabi bagi dunia, dan dia memiliki pandangan itu,” tutur Penatua Holland. “Dia memiliki kemampuan penglihatan kenabian seperti itu. Kita mendukung dia sebagai seorang pelihat dan pewahyu, dan dia sedang memandang seluruh dunia.”

20210614_104517_Nilsson_LES_2470.jpg
20210614_104517_Nilsson_LES_2470.jpg
Presiden Nelson menyambut Pendeta Dr. Amos C. Brown sebelum konferensi pers dengan pimpinan NAACP di Gedung Administrasi Gereja di Taman Bait Suci di Salt Lake City pada 14 Juni 2021.2021 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
Download Photo

Seorang Pria yang Mengubah Gereja

Banyak perubahan signifikan diperkenalkan oleh Presiden Nelson. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masing-masing dari ini dirancang untuk menempatkan fokus yang tajam kepada Yesus Kristus.

Di bawah kepemimpinannya, Nabi menyesuaikan cara para Orang Suci di seluruh dunia memberi pelayanan terhadap satu sama lain. Dia berulang kali menekankan pentingnya nama Gereja yang benar. Dia mengalihkan penekanan pengajaran Injil agar terpusat di setiap rumah dan didukung oleh Gereja. Dia mengubah kebijakan yang memperkenankan anak-anak dari orang tua LGBT untuk dibaptis. Dia menyesuaikan pertanyaan-pertanyaan wawancara rekomendasi bait suci tentang iman untuk membantu anggota Gereja memahami lebih dalam tujuan peribadatan di bait suci. Dia memperkenalkan program remaja global baru untuk anak-anak dan remaja Gereja. Dia mengumumkan kebijakan saksi baru untuk baptisan orang hidup, baptisan proksi, dan pemeteraian orang hidup dan proksi. Dia mewenangkan kebijakan global bagi pasangan suami istri yang menikah secara sipil untuk segera dinikahkan di salah satu bait suci pasangan tersebut. Dia mengorganisasi ulang dan mengonsolidasikan kuorum imamat dan organisasi untuk dewasa dan anak-anak. Dia memperkenalkan berbagai perubahan pada kebijakan dan prosedur misionaris. Dia mengubah simbol Gereja untuk menyertakan penggambaran Tuhan Yesus Kristus yang bangkit dan hidup. Dan dia membacakan pernyataan yang baru kepada dunia tentang Pemulihan dan kegenapan Injil Yesus Kristus.

“Mengutip Ralph Waldo Emerson, momen paling berkesan dalam hidup adalah momen ketika kita merasakan luapan wahyu,” tutur Penatua Jeffrey R. Holland menjelang akhir Konferensi Umum April 2018, di mana Nabi memperkenalkan beberapa perubahan yang menonjol. “Presiden Nelson, saya tidak tahu berapa banyak lagi ‘aliran wahyu’ yang dapat kita tangani akhir pekan ini. Sebagian dari kita memiliki hati [jantung] yang lemah. Tetapi sewaktu saya memikirkan tentang hal ini, Anda dapat menangani itu juga. Sungguh [Anda] seorang nabi!”

Semua perubahan ini dibuat sewaktu Presiden Nelson mendorong para Orang Suci Zaman Akhir untuk menerima bimbingan pribadi dari Allah, sama seperti dia menerima wahyu untuk Gereja. Dia dan para pemimpin lainnya berulang kali mengatakan bahwa perubahan-perubahan ini merupakan bagian dari Pemulihan Injil Yesus Kristus yang berkelanjutan.

Seorang Guru Ulung yang Menyentuh Hati

Presiden Oaks merujuk kepada Presiden Nelson sebagai guru yang ulung. “Saya telah mendengar para ahli bedah yang dia latih berkomentar tentang seberapa efektif dia dalam mengajar mereka menjadi ahli bedah,” tutur Presiden Oaks. “Dan saya telah melihat dia sebagai guru yang ulung mengajar hamba-hamba Tuhan dengan cara yang sama.”

Sebagai “dokter terkasih”, Presiden Nelson secara harfiah menyentuh hati [jantung] ratusan pasien yang menderita penyakit fisik. Sebagai murid Kristus, dia menyembuhkan hati melalui perkataan dan perbuatan.