Pada 26 Oktober 2019, sekitar 1.200 anggota Gereja dan teman-teman dari berbagai latar belakang agama berkumpul di Balai Sarbini, Jakarta sebagai puncak acara Perayaan 50 Tahun Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di Indonesia.
Perayaan bertema “Malam Budaya Nusantara” ini menggabungkan penekanan Gereja pada nilai-nilai keluarga dengan pelestarian warisan budaya bangsa Indonesia yang berbeda-beda tapi tetap satu.
- Dancers - SE Asia look
- EEvans and Atin
- Committee Chair
- Dancers with Plumes
- Martial Arts
- Dancers - Gold Costumes
- Earthquake Group
- Dancers - Bow, Apron, Headresses
- Modern Youth
- 5 in a Row
- Choir
- Dancers - Headresses, Shields
- Dancers - Kneeling
- Dancers - Male Line
- Dancers - Red Costumes
- Flag bearers
1 / 2 |
Presiden David F. Evans dari Presidensi Area Asia Gereja, menyampaikan kata sambutannya dengan pertama-tama mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para tamu kehormatan, antara lain: Ibu Negara Sinta Nuriyah Wahid, istri mendiang Presiden RI ke-4, Presiden Abdurrahman ‘Gus Dur’ Wahid; Dr. Alwi Shihab, Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja sama Islam; Bapak Sudjadnan Parnohadiningrat, mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat; Bapak Muchamad Nabil Haroen, Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPSNU) dan anggota DPR-RI; dan sejumlah tokoh terkemuka agama dan masyarakat lainnya yang hadir di perayaan ini.
Presiden Evans berkata, “Manfaat dari berkumpul saat ini adalah untuk mengingat pengorbanan dan tindakan iman yang telah dilakukan oleh para pionir Gereja di Indonesia, serta untuk membangun di atas landasan itu, untuk membimbing dan menjadi inspirasi bagi pekerjaan Gereja di masa depan.”
Endang Prihatini, seorang anggota paduan suara dalam acara perayaan ini, adalah salah satu pionir Gereja di Indonesia. Ia bergabung dengan Gereja ketika ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas pada tahun 1974. Ia mengenang ketika ia ditanya oleh presiden misi selepas lulus sekolah, apakah ia ingin melayani misi. “Apakah ada misionaris perempuan? Apakah itu diperbolehkan?” tanyanya. “Jika demikian, iya, saya mau melayani!”
Ia kemudian menjadi misionaris perempuan pertama Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di Indonesia, menyelesaikan misinya pada tahun 1977. Setelah menyelesaikan misinya, ia menerima pemanggilan sebagai pengajar seminari dan telah melayani dalam kapasitas ini hingga sekarang, selain melayani dalam berbagai pemanggilan lainnya di Gereja. Ia telah secara tekun mengajar, mengilhami dan mengasihi remaja di Gereja selama lebih dari 40 tahun.
Perayaan malam budaya di bawah arahan sutradara Rocky Silalahi ini mengisahkan tentang satu keluarga yang dengan penuh kasih belajar dan berbagi rasa bangga mereka terhadap warisan budaya bangsa yang beraneka ragam, dari Sabang sampai Merauke, dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika, sebagaimana yang diajarkan oleh para pendiri bangsa. Visualisasi dari warisan budaya bangsa yang kaya ini ditampilkan melalui tari-tarian kontemporer tradisional, yang disertai lagu-lagu nasional dan daerah oleh paduan suara Gereja serta orkestra dan vokalis tamu.
“Para anggota Gereja, termasuk mereka yang tanpa pengalaman atau keterampilan menari sebelumnya, berlatih selama berjam-jam secara rutin untuk mempelajari gerakan tari-tarian ini,” kata Silalahi. “Rasa kebersamaan semakin diperkuat sewaktu para anggota dari berbagai latar belakang usia dan status sosial memperlihatkan semangat antusiasme mereka untuk melayani dalam berbagai kapasitas. Mereka belajar menguasai gerakan tari-tarian yang sulit. Saya menghargai kesabaran kaum muda dalam mengajar anggota yang lebih tua, dan kerendahan hati orang tua sewaktu mereka belajar dari remaja.”
Dr. Alwi Shihab menyatakan rasa kagumnya atas penekanan Gereja pada nilai-nilai keluarga dan bantuan kemanusiaan. Ia mengamati secara langsung persahabatan yang dijalin oleh kedua mendiang Presiden Gus Dur dan Presiden Gordon B. Hinckley.
“Kehadiran Gereja Yesus Kristus di Indonesia selama 50 tahun terakhir merupakan bukti adanya lingkungan yang kondusif bagi berkembangnya keberagaman agama di negara ini,” katanya. “Saya bangga dikenal sebagai teman baik Gereja dan dengan tulus menyambut kunjungan Presiden Russell M. Nelson ke Indonesia pada bulan November ini.”
Sujud Ariono, Ketua Komite Panitia Perayaan 50 Tahun Gereja Yesus Kristus di Pasak Jakarta, bercerita bahwa pada awalnya ia merasa kurang memadai dalam mengemban tugas kepemimpinan ini, terutama untuk memastikan bahwa perayaan 50 Tahun Gereja di Indonesia hendaknya dilaksanakan secara bermakna dan bermanfaat bagi sesama. Di bawah arahan Penatua Djarot Subiantoro, anggota Tujuh Puluh Area Asia, tercetuslah gol 5.000 jam pelayanan.
“Sekitar 8.300 jam pelayanan telah dicapai sejak Juni 2019, dan masih ada banyak kegiatan dan proyek pelayanan yang sedang berlangsung dan akan dilaksanakan selama sisa tahun ini,” jelasnya. “Gereja semakin dikenal oleh masyarakat, dan para anggota semakin termotivasi untuk mencari cara-cara meringankan beban sesama.”
Selain berbagai proyek pelayanan yang sudah berjalan sejauh ini, Agus Kusumarmanto, Direktur Urusan Kemasyarakatan Gereja di Indonesia, berbagi rencana untuk mengadakan serangkaian seminar mitigasi bencana pada November tahun ini. Seminar ini bertujuan untuk membantu program-program pemerintah pusat dan daerah dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penanggulangan bencana. Seminar ini dijadwalkan untuk diadakan di Malang, Jakarta, dan Palu, melalui kerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Nahdlatul Ulama (NU), serta sejumlah universitas dan organisasi lintas agama.
“Misi khusus Gereja adalah untuk saling mengasihi,” ia menekankan. “Ini telah menjadi landasan kita dalam membangun hubungan kerja sama dan kemitraan dengan badan pemerintah dan organisasi lainnya.”
Konferensi pers menjelang perayaan malam budaya dihadiri oleh sejumlah perwakilan media, di mana buku “Bangkit dan Bersinar: Menandai 50 Tahun Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di Indonesia” diluncurkan.
Di dalam kata sambutan buku ini, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. Said Aqil Siroj, mengucapkan selamat kepada Gereja atas Perayaan ke-50 Tahun dan menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaannya atas kerja sama yang telah terbina dengan baik selama ini.
Ia menulis, “Pentingnya keluarga sebagaimana yang dijunjung tinggi oleh Gereja tidak hanya tercermin dalam kehidupan sehari-hari anggota jemaatnya, tetapi juga mengalir di dalam misi kemanusiaan Gereja melalui sayap organisasi LDS Charities, di mana PBNU juga bekerjasama dalam beberapa kesempatan, beserta badan pemerintah dan organisasi lainnya.”
Penatua Subiantoro menekankan, “Perayaan ini bertujuan untuk mengklarifikasi fakta tentang Gereja serta untuk memperkuat hubungan yang telah terbina dengan para mitranya, khususnya dalam menyalurkan bantuan kemanusiaan di Indonesia.”
Ia menyimpulkan, “Saya mengundang para anggota untuk merefleksikan perkembangan Gereja di negara ini, dan bertanya kepada diri mereka sendiri, ‘Apakah kita sudah melakukan cukup atau apakah masih ada yang dapat kita tingkatkan?’”
Pertunjukan budaya di Pasak Jakarta ini merupakan yang pertama dari serangkaian perayaan di Indonesia. Perayaan di Pasak Surakarta dan Distrik Surabaya diselenggarakan secara serentak pada 9 November 2019, dengan dukungan dan kerja sama dari badan pemerintah setempat dan sejumlah organisasi mitra.