Cerita yang Ditampilkan

Tad R. Callister: ‘Bisakah Kita Menjadi Optimis di Masa Bergejolak?’

Penatua Callister mengingatkan kita tentang kuasa Pendamaian yang mencakup semuanya dan mendorong kita untuk tetap positif selama COVID-19

Optimism Callister 1
Jesus Christ meets with Pilate in private after being condemned in this scene from the Bible videos. © 2020 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
              

Cerita ini muncul di sini seizin TheChurchNews.com. Ini tidak untuk digunakan oleh media lain.

Oleh Penatua Tad R. Callister, Church News

Ini memang masa yang bergejolak — pandemi di seluruh dunia, protes dan kerusuhan, pengangguran yang meluas, lonjakan kejahatan dan masalah pemilu. Mungkinkah menjadi optimis dalam keadaan seperti itu, atau sebaliknya, apakah ini saatnya untuk menyerah pada negativisme dan pesimisme? Dengan kata lain, dapatkah seseorang bersikap realistis dan optimis pada saat yang bersamaan? Untungnya, Juruselamat kita, Teladan Agung, telah memberi kita jawabannya.

Itu adalah minggu terakhir dari kehidupan Juruselamat. Dia tahu bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya. Petrus, Rasul utama-Nya, akan menyangkal mengenal Dia dalam tiga kesempatan, dan beberapa dari mereka di mana Dia datang untuk menyelamatkan mereka akan mengejek-Nya, meludahi-Nya, dan memukul-Nya. Akan ada salah tangkap dan pengadilan palsu. Tetapi yang lebih sulit dari ini adalah saat-saat Dia berada di taman dan di kayu salib di mana Dia akan turun di bawah segala sesuatu (lihat Ajaran dan Perjanjian 88:6). Dia menggambarkan pengalaman ini dengan kata-kata-Nya sendiri sebagai penderitaan yang “menyebabkan diri-Ku, bahkan Allah, yang terbesar dari semuanya, gemetar karena rasa sakit” (Ajaran dan Perjanjian 19:18). Apa kuantum rasa sakit yang menyebabkan bahkan Allah gemetar?

Optimism, Callister 2
This depiction of the risen Savior by LDS artist Grant Romney Clawson is titled, “Jesus Appearing to the Five Hundred.” Artwork courtesy of LDS Visual Resources.© 2020 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
               

Meskipun demikian, mengetahui bahwa semua ini akan menimpa Dia di minggu depan, Dia memperingatkan dan menghibur kita: “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu; Aku telah mengalahkan dunia” (Yohanes 16:33). Dengan kata lain, “Aku cukup realistis untuk mengetahui bahwa kamu akan mengalami pencobaan dan kesengsaraan dalam hidup, tetapi Aku dapat berjanji kepadamu bahwa mendasari semua itu engkau dapat menjadi kuat. Mengapa? Karena begitu Aku menyelesaikan Pendamaian, tidak ada kekuatan eksternal—tidak ada kehilangan nyawa, atau sakit, atau bencana ekonomi, atau perceraian, atau pencobaan luar lainnya yang dapat mencegah engkau untuk dipermuliakan, asalkan kamu patuh dan bertahan sampai akhir.”

Intinya, Pendamaian Juruselamat memberi kita harapan dan perspektif kekal bahwa pilihan internal kita—bukan kekuatan eksternal—menentukan tujuan ilahi kita. Dan dengan pengharapan serta perspektif kekal itu kita dapat dan hendaknya menjadi kuat.

Begitulah kasus Joseph Smith. Dia telah dikurung di Penjara Liberty yang sempit dan kotor selama lebih dari dua bulan. Akhirnya, dalam keputusasaan, dia berseru, “Ya Allah, di manakah Engkau? … Berapa lamakah tangan-Mu akan ditahan?” (Ajaran dan Perjanjian 121:1-2). Kemudian Tuhan memberi Joseph perspektif yang membantunya memahami pencobaan saat itu dibandingkan dengan pahala kekal di masa depan: “Putra-Ku, kedamaian bagi jiwamu; kemalanganmu dan kesengsaraanmu akan terjadi hanya sesaat; Dan kemudian, jika engkau bertahan di dalamnya dengan baik, Allah akan mempermuliakan engkau di tempat yang tinggi; engkau akan menang atas semua seterumu” (Ajaran dan Perjanjian 121:7-8).

Optimism, Callister 3
A cut-away reconstruction of Liberty Jail is the centerpiece in rotunda of the historic Liberty Jail Visitor Center, which was dedicated 50 years ago by Elder Joseph Fielding Smith. His father, Joseph F. Smith, was likely blessed as a baby in the jail by Hyrum Smith. Photo courtesy of Val Anderson, courtesy of Church News. All rights reserved.
             

Tuhan kemudian menggambarkan kehidupan fana masa depan Joseph, dan itu tidak indah—pemisahan paksa dari istri dan anak, dilemparkan ke tangan pembunuh dan rahang neraka menganga membuka mulut lebar-lebar terhadap dia. Namun Joseph sekarang memiliki perspektif kekal. Dia tahu tidak ada elemen atau orang lain yang dapat merampas dia dari permuliaannya. Dia berada dalam kendali mutlak atas takdirnya jika dia memilih untuk menemukan pertumbuhan dalam penderitaan ini alih-alih putus asa.

Dengan wawasan ilahi ini dia menulis kepada para Orang Suci dari sel penjara yang sama itu, “Saudara-saudara terkasih yang tersayang, marilah kita dengan riang melakukan segala sesuatu yang berada dalam kuasa kita; dan kemudian bolehlah kita tetap bergeming, dengan keyakinan sepenuhnya, untuk melihat keselamatan dari Allah” (Ajaran dan Perjanjian 123:17). Dia tahu janji dan kemungkinan permuliaan adalah landasan dari kehidupan yang ceria dan optimis.

Optimisme mungkin tidak setara dengan iman, tetapi ini tentu saja merupakan batu loncatan ke arah yang benar. Sesungguhnya, itu adalah komponen iman yang diperlukan dan buah iman. Itu adalah bukti kuat dari iman kita kepada Yesus Kristus dan kuasa-Nya untuk menyembuhkan kita dan menyelamatkan kita, bahkan ketika pencobaan kita tampaknya tak tertahankan untuk sementara.

Optimisme menambah bahan bakar ke api iman; di sisi lain, negativisme melempar air ke apinya. Negativisme dan pesimisme adalah wilayah Setan; positivisme dan optimisme adalah wilayah Allah.

Tad R. Callister
Elder Tad R. Callister of the General Authority Seventy. © 2020 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
           

Optimisme adalah secercah cahaya dalam apa yang sebaliknya mungkin merupakan dunia yang gelap. Itu adalah refleksi dari pernyataan Juruselamat, “Akulah terang dunia” (Yohanes 8:12). Kakek saya, Penatua LeGrand Richards, adalah cahaya yang bersinar. Dia selalu memiliki senyum dan pandangan hidup yang positif. Dia biasa berkata, “Saya hanya melakukan yang terbaik yang saya bisa dan menyerahkan kekhawatiran kepada Tuhan.” Saya suka pepatah itu. Itu mengingatkan saya bahwa Juruselamat telah memikul ke atas-Nya beban berat itu. Dia telah meninggalkan kita dengan beban, tetapi yang bisa dikendalikan.

Mengetahui bahwa Tuhan yang berkuasa dan bahwa permuliaan secara harfiah dijamin bagi semua yang menaati perintah-Nya adalah hal yang memungkinkan kita untuk tersenyum dan menjadi riang gembira, hari demi hari, pencobaan demi pencobaan. Pengetahuan inilah yang mendorong rasul Paulus untuk berkata, “Sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan” (Filipi 4:11).

Betapa bersyukurnya kita atas Pendamaian Juruselamat dan harapan serta kemungkinan kekal yang disediakannya. Karena itu, kita dapat menjadi optimis, bahkan di saat-saat yang penuh gejolak, mengetahui bahwa pencobaan kita, di dalam dan dari pencobaan itu, tidak akan pernah dapat menghalangi kita dari tujuan kekal kita.

—Tad R. Callister adalah Pembesar Umum Tujuh Puluh emeritus dan mantan presiden umum Sekolah Minggu.

Copyright 2020 Deseret News Publishing Company

Catatan Panduan Gaya:Ketika melaporkan tentang Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, mohon gunakan nama lengkap Gereja dalam rujukan pertama. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penggunaan nama Gereja, pergi ke panduan gaya daring kami.Panduan Gaya.