“Salah satu tugas besar di masa kita – satu tugas yang memerlukan persatuan berbagai kelompok keagamaan – adalah untuk membantu orang-orang memahami makna dan tujuan sejati dari pernikahan,” kata Elder David A. Bednar dari Kuorum Dua Belas Rasul Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di sebuah forum tentang pernikahan di New York City.
Rasul Mormon tersebut bergabung dengan Kardinal Timothy M. Dolan, Uskup Agung Katolik Roma dari New York, dan Rabi Meir Soloveichik dari Kongregasi Shearith Israel di New York untuk menghadiri Kolokium Humanum di New York pada hari Kamis, 9 Maret 2017. Rabi Soloveichik juga merupakan Direktur dari Straus Center for Torah and Western Thought di Yeshiva University.
Rabi Soloveichik berkomentar tentang pentingnya berbicara tentang keluarga di dalam acara yang sangat beragam itu. “Ini merupakan kesempatan yang luar biasa bagi umat suatu agama, yang menghadapi banyak tantangan di dunia ini, untuk bertemu dengan teman-teman lama dari agama lain, dan untuk berkenalan dengan teman-teman baru dari agama lain,” katanya. “Inilah yang membuat momen seperti ini sangat indah.”
“Kita membahas hal yang serius dan membutuhkan kesadaran,” kata Elder Bednar. “Dalam memenuhi perjanjian pernikahan mereka, suami dan istri menjalankan peran yang berbeda namun saling melengkapi.”
Di masa ketika banyak anggota masyarakat hari ini memprioritaskan keinginan mereka masing-masing di atas kebutuhan pasangan dan anak-anak mereka, Elder Bednar menekankan bahwa pernikahan memiliki awal yang ilahi.
“Pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita ditetapkan oleh Allah,” kata Elder Bednar, mengutip dari Keluarga: Pernyataan kepada Dunia. “Pola pernikahan yang dirancang secara ilahi ini bukan merupakan percobaan maupun inovasi sosial. Hubungan ini merupakan ‘inti dari rencana Sang Pencipta untuk tujuan kekal anak-anak-Nya.’”
“Kita kehilangan pemahaman dasar bahwa masyarakat memiliki kepentingan yang unik dan mendalam tentang pernikahan atas kuasanya untuk membentuk suatu persatuan pria-wanita yang merupakan suatu pengaturan yang optimal untuk melahirkan dan membesarkan anak-anak,” ia menambahkan. “Dalam kehidupan pernikahan dan keluarga, kita belajar dan bertumbuh bersama seperti yang Allah inginkan.”
Elder Bednar menyatakan bahwa pernikahan memungkinkan kita untuk berfokus pada dan melayani sesama. “Dalam pernikahan, kita tidak hidup secara eksklusif untuk diri kita sendiri tetapi untuk pasangan kita dan anak-anak kita serta keturunan kita.”
Namun, Elder Bednar berkata bahwa banyak orang memiliki konsep yang sekuler tentang pernikahan. “Dipengaruhi oleh ideologi mementingkan diri sendiri dan keegoisan yang semakin meresap, terlalu sering pria dan wanita mengejar hubungan dan pernikahan yang berfokus pada kebutuhan dan keinginan mereka sendiri daripada membangun di atas hubungan pernikahan dan keluarga yang stabil.”
Dia menyatakan bahwa “pandangan tentang pernikahan yang sudah dibelokkan” di masa kini memiliki konsekuensi yang serius dan pribadi yang dapat menyebabkan patah hati, putus asa dan perceraian. Semakin banyak orang yang menyerah tentang pernikahan. “Jutaan anak dilahirkan ke dalam situasi di mana mereka tidak dapat mengalami hakikat dan tujuan sejati pernikahan dan kehidupan keluarga yang stabil.”
“Semua orang, terutama generasi muda, membutuhkan visi tentang kayanya kehidupan keluarga dan potensinya untuk mengembangkan versi terbaik dari diri kita masing-masing, kata Elder Bednar.
Kardinal Dolan menyatakan sentimen serupa. “Semua orang ingin bahagia,” katanya. “Dan jika pasangan suami istri dapat menunjukkan bahwa cara yang Allah inginkan bagi kita untuk menjadi bahagia adalah ketika seorang pria dan seorang wanita memberikan diri mereka kepada satu sama lain sepenuhnya dan tanpa pamrih dalam suatu ikatan cinta yang berbuah sedemikian rupa sehingga menghasilkan seorang bayi merupakan cara paling bahagia untuk menjalani kehidupan, jika kita dapat mengklaim kemilau itu, teman-teman, maka itu akan menunjukkan kepada dunia tentang kesucian pernikahan seperti yang telah ditentukan oleh Allah.”
Kardinal Dolan berkata bahwa ia ingin orang-orang untuk mengingat bahwa meskipun pandangan dunia tentang pernikahan telah berubah, “kita tidak sendiri dalam pertempuran kita untuk mempertahankan kesucian pernikahan. Anda dan saya percaya, tanpa sentuhan kesombongan sama sekali, bahwa Allah berada di pihak kita.”
Pertemuan di New York City itu diselenggarakan setelah sebuah simposium internasional antar-agama tentang sifat melengkapi antara pria dan wanita yang diselenggarakan oleh Gereja Katolik di Vatikan pada bulan November 2014. Pada pertemuan di Roma itu, Presiden Henry B. Eyring dari Presidensi Utama menyerukan “Renaisans pernikahan bahagia.” Pada tahun 2015, Elder D. Todd Christofferson dari Kuorum Dua Belas Rasul berbicara tentang pernikahan dan keluarga di Pertemuan Dunia tentang Keluarga di Philadelphia, pertama kalinya acara ini diselenggarakan di Amerika Serikat.
Baca seluruh transkrip Elder Bednar.