Ketika Nofi Trisna Atmasari, yang sedang hamil tiga bulan, mendengar dari uskupnya di Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir bahwa Upaya Nutrisi Anak global akan hadir di Indonesia, dia tahu dia ingin mengikuti program ini yang berfokus kepada para ibu hamil dan anak-anak yang berusia 5 tahun ke bawah [balita]. Pada 28 September 2024, dia melakukan perjalanan tiga jam naik bus dari Yogyakarta di mana dia tinggal ke Pusat Pasak Gereja di Surakarta untuk mengikuti skrining nutrisi pertama yang diadakan untuk Upaya tersebut.
Dia tidak sendirian. Dari Semarang, keluarga Maria Endriani Wasitosari naik bus bersama bayi mereka yang berusia 10 bulan untuk melakukan perjalanan dua jam ke pusat pasak yang sama. Dia telah mencermati bahwa putrinya lebih “cukup ramping” dan lebih pendek daripada anak-anak lain sebayanya, yang menyebabkannya merasa cukup khawatir dan stres. Tetapi dia akan segera mendapatkan dukungan dan solusi di sana.
Selama dua minggu di bulan September dan Oktober, Upaya Nutrisi Anak yang sangat diantisipasi itu menyambut rombongan pertama dari 90 anak dan empat ibu hamil di Jakarta, Surabaya dan Surakarta, Indonesia. Upaya tersebut merupakan kegiatan inisiatif sedunia yang dipimpin oleh Lembaga Pertolongan, organisasi wanita Gereja. Program itu telah diimplementasikan di Afrika, Amerika Tengah dan Filipina. Indonesia adalah negara pertama di Area Asia Gereja yang meluncurkan program multifaset tersebut, yang bertujuan untuk memberdayakan keluarga-keluarga anggota untuk mencegah dan mengatasi kasus malanutrisi anak.
Malanutrisi dapat memberi dampak yang merugikan anak-anak secara jasmani dan mental di kemudian hari. Itu dapat menyebabkan stunting [tengkes—gangguan tumbuh-kembang anak], yang mengakibatkan anak-anak memiliki tinggi badan yang kurang untuk usia mereka. Stunting [tengkes] menjadi perhatian prioritas pemerintah Indonesia, program Strategi Nasional untuk Percepatan Penurunan Stunting menetapkan gol untuk mengurangi stunting terhadap anak-anak kecil hingga 14 persen dari jumlah penduduknya pada tahun 2024. Masukan dari upaya awalnya, hampir 70% anak-anak yang menjalani skrining oleh Gereja didapati berisiko mengalami malanutrisi sedang atau berat.
Penatua Michael Teh dari Presidensi Area Asia Gereja mengatakan, “Banyak anak di Area Asia mengalami malanutrisi, yang dapat mengarah pada kerusakan seumur hidup, mencegah mereka untuk mencapai potensi penuh mereka sebagai manusia. Masalah ini juga berdampak terhadap banyak anak di Gereja kita, bahkan dalam keluarga kita sendiri.
Sebagai murid Kristus, kita berupaya untuk mengikuti teladan Juruselamat dengan memedulikan kesehatan dan kesejahteraan anak-anak-Nya. Area Asia antusias sekali untuk merangkul inisiatif penting ini, yang dirancang dalam kemitraan dengan penyedia perawatan kesehatan lokal. Kami ingin mengidentifikasi dan memperbaiki kebutuhan nutrisi anak melalui pemberian pelayanan seperti Kristus serta sumber daya Gereja dan komunitas lokal, dimulai di Indonesia.”
Serangkaian Skrining
Pada 27, 28 September dan 5 Oktober, masing-masing di Surabaya, Surakarta dan Jakarta, keluarga-keluarga di setiap kota tersebut dipersilakan mendatangi pintu-pintu yang tak asing dari Pusat Distrik atau Pasak terdekat mereka setelah diinformasikan mengenai inisiatif ini melalui pemimpin Gereja lokal. Anak-anak dan para ibu hamil mengikuti skrining nutrisi selama 30 menit yang dilakukan oleh sukarelawan Gereja untuk mengidentifikasi apakah mereka mengalami malanutrisi. Para sukarelawan yang sebelumnya telah dilatih berasal dari antara jemaat lokal mereka.
Keluarga-keluarga tersebut bertemu dengan seorang profesional kesehatan dari organisasi Islam terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama (NU) yang ikut berkolaborasi, yang menjelaskan hasil skrining mereka serta merekomendasikan rencana individu sesuai kebutuhan setiap anak atau ibu. Mereka juga diberi camilan yang sehat untuk dibawa pulang yang akan mulai memperbaiki nutrisi anak-anak mereka. Setelah skrining, keluarga-keluarga tersebut dihubungkan dengan sumber daya yang menangani nutrisi melalui komunitas Gereja mereka.
Maria mendapati pada saat skrining bahwa sesungguhnyalah anaknya mengalami stunting, tetapi dia merasa “lebih yakin untuk tetap semangat dan tidak perlu khawatir,” berdasarkan nasihat dari dokter NU-nya yang berpartisipasi serta jaringan anggota yang menunggu untuk mendukung dirinya.
Berfokus kepada anggota, berpusat kepada manusia
Di Distrik Surabaya, keluarga Ervina Prayitno datang ke tempat skrining bersama putra mereka yang berusia 2 tahun dan juga tujuh bulan, ingin mengecek apakah anak-anak mereka “gizinya sudah terpenuhi atau belum”. Mereka berpikir nutrisinya sudah cukup tetapi menjadi terkejut ketika berkonsultasi dengan dokter mendapati bahwa ternyata memang ada kesenjangan. “Kami sangat bersyukur ada program ini, sehingga kami sebagai orang tua mengetahui kebutuhan anak kami,” sang ibu berkata.
Pemimpin lokal mereka, Presiden Cabang Wido Setyono, menuturkan bahwa, “Saya memikirkan tentang anak-anak dari keluarga Sister Ervina, mereka sangat membutuhkan pengetahuan tentang gizi sehingga tumbuh kembang anak-anak mereka nanti menjadi lebih baik lagi.”
Erika Stefani dari Distrik yang sama, yang memiliki anak berusia dua tahun, berkata, “Ketika saya mendengar program ini akan datang di Indonesia, perasaan saya sangat senang dan bangga, bersyukur bahwa gereja memperhatikan anak-anak dan kita semua.” Meskipun putranya sempat sedikit rewel ketika ditimbang, dia merasa bahwa pengalamannya secara keseluruhan adalah “sangat menyenangkan dan seru” bagi mereka berdua.
Memiliki kegiatan skrining yang berlokasi di gedung pertemuan biasa mereka dan oleh wajah-wajah yang tidak asing dari Gereja memberikan kenyamanan bagi banyak anak yang berpartisipasi. “Anak-anak berpikir ini seperti kegiatan biasa di Gereja,” kata Aster Pasha, Spesialis Kesejahteraan dan Kemandirian Pasak Surakarta yang membantu mengorganisasi pelaksanaan skrining Surakarta. Dia merasa bersemangat karena banyaknya anggota yang menjadi sukarelawan untuk program itu.
Rencana dibuat pada hari berikutnya untuk terus mengadakan tindak lanjut dengan keluarga dari anak-anak yang tidak menghadiri acara skrining tersebut, dan untuk mengadakan skrining nutrisi bulanan, menciptakan sebuah sistem yang melaluinya dapat menilai kebutuhan berkelanjutan anak-anak tersebut. “Saya bersyukur bagi para anggota yang mempunyai keinginan untuk melayani,” ujar Joko Catur Jatmiko, Penasihat Kedua dalam Presidensi Pasak Surakarta. “Seperti kasih Kristus ada di diri Anda.”
Memobilisasi Metode Modern
Teknologi telah memainkan peranan krusial dalam mengoordinasikan upaya tersebut. Dengan menggunakan aplikasi pihak ketiga ShareMy.Health, yang dapat mudah diunduh pada ponsel, para pemangku kepentingan dapat dengan berhasil mensinkronkan data untuk mensinkronkan intervensi mereka. Itu merupakan pendekatan baru untuk menginovasi dan mengefisienkan upaya melawan malanutrisi di Indonesia. Efektivitas penggunaan teknologi ini akan memberi informasi keputusan masa depan oleh Gereja mengenai pengimplementasian di Asia dan sekitarnya.
Pendekatan ini memberdayakan keluarga untuk dengan mudah mengakses dan melacak perjalanan kesehatan mereka sendiri, melihat bagaimana perkembangan anak mereka berdasarkan tabel pertumbuhan WHO, dan menjadi lebih terlibat dalam melaksanakan rencana dan tindakan intervensi. Para pemimpin lokal mereka juga dapat mengakses data skrining tersebut dan mengatur upaya pemberian pelayanan untuk mendukung rencana keluarga-keluarga tersebut.
Uskup Rudi Banu Kuncoro, yang memimpin jemaat Jebres di Surakarta, berbagi bahwa dia menerima hasil skrining dalam satu hari saja dan dia “berkesempatan untuk memeriksa hasilnya secara detail” di aplikasi tersebut. Dia berkata, “Saya dapat mengetahui siapa yang memiliki masalah kesehatan, khususnya mengenai stunting ini, saya bisa memberikan perhatian khusus.”
Banyak Tangan yang Membantu
Melalui menindaklanjuti dengan keluarga-keluarga mengenai kemajuan mereka dalam memperbaiki nutrisi, sukses yang lebih besar sangat diprediksi oleh para pemangku kepentingan. Keluarga-keluarga juga dapat mengandalkan dukungan komunitas yang mantap melalui lingkaran pemberian pelayanan Gereja mereka dan dirujuk pada sumber daya yang tepat dari dalam dan luar Gereja.
Tujuh Puluh Area Indonesia, Penatua Juswan Tandiman, yang mengunjungi kegiatan skrining menyatakan, “Program ini bisa benar-benar menjadi berkat yang seutuhnya untuk generasi penerus, bagi masa depan dan kehidupan yang lebih baik. Harapan kita adalah agar semua pihak mencari dan mengundang mereka untuk bisa datang dan mempunyai akses terhadap program ini, untuk memberkati anak-anak kecil mereka, juga ibu hamil yang memerlukan berkat dari Upaya ini.”
Nofi menyatakan terima kasihnya bahwa program tersebut akan bermanfaat bagi anak yang dikandungnya dan banyak yang lainnya. “Saya merasa gereja sangat luar biasa dalam programnya, tidak hanya secara rohani tetapi juga secara jasmani, kita dipersiapkan untuk melahirkan anak-anak penerus yang lebih baik,” ujarnya.
Setelah skrining, dua Kebaktian Nutrisi Pasak diadakan secara virtual pada 29 September untuk Surakarta, dan 6 Oktober 2024 untuk Jakarta. Kebaktian tersebut menjadi ajang kegiatan berkumpul secara daring untuk mendorong anggota belajar mengenai nutrisi anak dan peranan komunitas Gereja dalam mendukung rencana-rencana nutrisi keluarga. Ini merupakan informasi kunci mengingat komunitas Gereja merupakan sumber utama sukarelawan yang dilatih bersama staf Gereja untuk mengadakan skrining dan menjalankan program Upaya tersebut.
Dokter dari NU yang berperan serta di Surakarta, Dr. Tri Wigati, berkata, “Keluarga memang sangat berperan, peran anggota gereja juga saya acungi jempol, bantuan dari gereja yang ditawarkan ke anggota tadi sangat membantu untuk ke depannya.”
Lebih Banyak Lagi Upaya Akan Hadir
Setelah peluncuran Upaya yang berhasil di Indonesia, staf Gereja akan kembali lagi ke kota-kota tersebut untuk memonitor kemajuan dan mencatat keberhasilan inisiatif tersebut, juga mengeksplorasi perluasan ke wilayah-wilayah lain. Gereja telah menerima dorongan dari NU untuk melakukan ekspansi lebih lanjut akan program tersebut di Indonesia. Juga ada pertimbangan untuk memperkenalkan Upaya tersebut ke bagian-bagian lain di Area Asia.
Dr. Yosi Eka Putri dari Dewan Eksekutif NU bertanggung jawab untuk mengoordinasi sumber daya NU untuk kolaborasi tersebut. Dia berkomentar, “Kolaborasi ini bagus sekali karena stunting adalah isu nasional dan masalah nasional. Kolaborasi kita bisa mencegah ketegangan sosial antar umat beragama, kita bisa bersama-sama membuat kegiatan yang berdampak bagi masyarakat ... Saya harapkan berlanjut ke depannya akan memberi dampak yang luas untuk Indonesia tentunya.”
Untuk saat ini, Presiden Pratama Pasak Surakarta Ratmini, yang mengawasi semua anak hingga usia 12 tahun di daerah itu, menyatakan merasa tersentuh melihat anak-anak mengalami malanutrisi ringan sampai berat menerima perhatian dari Gereja dan diurus. “Saya ingin program ini berlanjut. …Ini sepadan dengan pengorbanan yang dibutuhkan demi masa depan anak-anak kita,” ujarnya.
Dengan suatu permohonan pribadi, dia mengakhiri, “Bagi anggota dan keluarga yang kemarin belum bergabung, baik menjadi sukarelawan maupun hadir dalam kegiatan, saya benar-benar meminta—bahkan memohon—agar Anda bisa terlibat. Program ini sangat bermanfaat bagi anak Anda, keluarga Anda, dan masa depan anak-anak Anda.”
Informasi lebih banyak mengenai Upaya tersebut dan sumber daya nutrisi bagi semua tersedia di situs web Upaya Nutrisi Anak milik Gereja dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia.