Rilis Berita

Gereja Perkuat Kerja Sama Lintas Iman Melalui Pelayanan Bagi Korban Gempa

Tahun 2018 menjadi tahun penuh pelayanan dan persahabatan bagi Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di Indonesia.

Sebagai salah satu negara yang berada di jalur Cincin Api atau Ring of Fire, Indonesia menyimpan potensi bencana alam yang cukup tinggi. Data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperlihatkan ada 1.134 kejadian bencana alam hingga Mei 2018, termasuk gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran hutan dan lahan, gelombang pasang atau abrasi, serta kekeringan.

Gempa bumi berkekuatan 7,0 dan 7,7 skala Richter yang mengguncang Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan Palu-Donggala, Sulawesi Tengah, dengan selisih waktu kurang dari 3 bulan menelan ribuan korban jiwa. Tingginya jumlah korban baik yang meninggal, hilang, maupun luka tidak lepas dari besarnya kekuatan gempa yang diikuti fenomena likuifaksi, tanah amblas, serta gelombang tsunami. Sejumlah saksi mata menyebut tinggi gelombang mencapai hampir 6 meter. Selain korban jiwa, bencana ini menyebabkan kerusakan parah. Di Palu dan sekitarnya misalnya, fasilitas umum seperti jalan raya, bangungan pemerintahan, sekolah, rumah ibadah, pelabuhan laut, dan bandara rusak berat sehingga tidak dapat digunakan.

Merespons musibah ini, bantuan berdatangan. Sejumlah organisasi nirlaba bekerja sama dengan lembaga pemerintahan dan ormas keagamaan saling membahu mengerahkan bantuan, baik berupa tenaga, donasi barang, maupun pendampingan psikologis terhadap korban yang selamat. Tujuannya, mengurangi trauma pada korban pasca gempa dan tsunami. Salah satu bantuan datang dari Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir melalui sayap kemanusiaan Latter-Day Saints Charities (LDS Charities). Penyediaan bantuan melibatkan anggota Gereja termasuk para pemimpin keimamatan distrik dan pasak. Di distrik Surabaya, cabang Bali, serta Manado misalnya, para lajang dan keluarga ikut mempersiapkan lalu mengemas bantuan. Beberapa di antaranya, bahkan, ikut mendistribusikan bantuan ke titik-titik pengungsian di Lombok.

“Kami bersyukur atas ajakan dari para pemimpin keimamatan untuk membantu persiapan distribusi bantuan kemanusiaan bagi korban gempa bumi Lombok. Ini merupakan kesempatan bagi kami untuk melayani sesama yang terkena bencana. Inilah wujud nyata ministering yang Gereja ajarkan” ujar Christine Prayitno yang melayani sebagai Direktur Urmas Distrik Surabaya.

Sementara itu, kelompok relawan dari Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) bergabung dengan anggota Gereja di Pasak Jakarta mempersiapkan bantuan bagi korban gempa Palu-Donggala. Perwakilan Humas PGI yang ikut hadir, Debby Manalu, menyampaikan, “Terima kasih atas kerja sama yang apik ini. Terima kasih Gereja Yesus Kristus telah bersedia mengangkut barang bantuan kami, sungguh saya merasa sangat diberkati.”

Menanggapi kerja sama ini, Roeland Lee selaku perwakilan LDS Charities Indonesia mengatakan, “Jauhnya jarak bencana dari pusat kekuatan gereja di Pulau Jawa adalah tantangan tersendiri. Namun melalui kerja sama apik dengan banyak pihak, lintas iman, lintas lembaga, kami yakin hal ini dapat diatasi dan bantuan kemanusiaan dapat disalurkan kepada para korban. Kami percaya Allah telah mempersiapkan melalui jalan ini sehingga kita bertemu, saling mengenal, dan bekerja sama untuk menolong mereka yang berada di wilayah bencana.”

 

Sepanjang tahun 2018, Gereja aktif menjalin komunikasi dengan berbagai pihak untuk mempererat hubungan dan tali persahabatan. Organisasi keagamaan dan lintas iman seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan PGI menjadi mitra strategis Gereja dalam pelayanan tanggap bencana gempa Lombok dan Palu-Donggala. Gereja juga menjalin kembali hubungan baik dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) yang sebenarnya telah dimulai pada tahun 2000. Kala itu, TNI AL mengangkut bantuan kemanusiaan yang telah dipersiapkan Gereja bagi ribuan korban bencana gempa Bengkulu dan konflik politik di Timor Leste.

Penatua Djarot Subiantoro, Pejabat Tujuh Puluh Area Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, mengungkapkan perasaan syukurnya atas hubungan baik dan kerja sama yang dibangun Gereja dengan banyak pihak. “Kami berharap uluran tangan Gereja melalui LDS Charities turut meringankan penderitaan, mendorong kemandirian, dan menyediakan peluang bagi pelayanan, mengikuti teladan Yesus Kristus untuk memberi makan yang lapar, memberi minum yang haus, menerima orang asing, mengenakan pakaian bagi yang telanjang serta mengunjungi yang sakit maupun menderita. Kerja sama baik dengan PGI, Yayasan Kemanusiaan Muslim Indonesia, NU Peduli, dan Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) memungkinkan penyediaan, distribusi, serta pelaksanaan pelayanan kemanusiaan ini menjadi lebih efektif sekaligus tepat sasaran. Selain itu, membuka peluang kerja sama yang baik di berbagai bidang di kemudian hari.”

Sekretaris Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom ikut mengapresiasi kerja sama lintas iman dan lembaga ini. “Ketika berada di Palu, saya melihat langsung kerja sama yang sangat kompak antara Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir dengan PGI dan beberapa gereja Kristen di Palu dalam mendistribusikan bantuan kemanusiaan ke sejumlah titik terdampak. Semoga kita dapat memelihara hubungan baik ini dan terus bekerja sama dalam kebaikan.”

Di tempat terpisah, Koordinator Program dari YKMI yang berafiliasi dengan Moslems Aid UK, Tatang Husaini mengatakan, “Kolaborasi antar lembaga adalah salah satu cara yang efektif dalam penanggulangan bencana. Selain saling memperkuat dan menutupi kekurangan dalam pelayanan kemanusiaan bagi masyarakat yang terkena dampak bencana, kolaborasi dapat mengurangi tumpang-tindih. YKMI dan LDS Charities memiliki kesamaan, yakni sebagai faith-based organization. Keduanya juga bekerja atas dasar kemanusiaan. Melalui kolaborasi ini, YKMI-LDS Charities mendistribusikan hygiene kits untuk pria dan wanita, peralatan sekolah, peralatan bayi, berbagai jenis makanan kering serta kaleng, sejumlah unit generator lengkap yang menjangkau sekitar 2.100 jiwa lebih di empat desa di Kabupaten Donggala dan Sigi. Mereka adalah warga yang mengungsi di tempat-tempat penampungan yang dibangun oleh YKMI bersama lembaga seperti United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) dan (United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF).”

Tatang menambahkan, “Tentunya kerja sama ini menjadi model, bagaimana kolaborasi antar faith-based organization bisa dibangun untuk kemaslahatan umat manusia. Kerja sama semacam ini harus terus dijaga dan dikembangkan, agar lebih banyak warga yang bisa ditolong, bukan saja saat krisis, melainkan juga setelah krisis. Bahkan, sampai ke tahap pengembangan atau rekonstruksi pasca gempa.” Ia menyampaikan terima kasih kepada LDS Charities atas dukungan serta kerja sama yang sangat baik dengan YKMI di Sulawesi Tengah. “Semoga hal ini menjadi langkah menuju kolaborasi berikutnya yang lebih berkembang untuk kemanusiaan di Indonesia” ujar Tatang.

Perwakilan Urmas Gereja yang terlibat dalam keseluruhan distribusi bantuan gempa mengatakan, “Gereja bersyukur dan menyampaikan terima kasih atas kerja sama yang solid dengan semua pihak dalam pelayanan kepada korban bencana gempa Lombok dan Palu-Donggala. Kerja sama ini menegaskan satu kesamaan yaitu kepeduliaan terhadap sesama yang memerlukan sebagaimana setiap keyakinan mengajarkan. Bantuan ini, termasuk pembangunan hunian sementara (huntara) dan fasilitas sanitasi di beberapa titik bencana bagi pengungsi, meringankan beban korban. Kolaborasi lintas iman dan lembaga adalah kunci dalam pelayanan yang kita lakukan bagi mereka yang terkena bencana.”

Catatan Panduan Gaya:Ketika melaporkan tentang Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, mohon gunakan nama lengkap Gereja dalam rujukan pertama. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penggunaan nama Gereja, pergi ke panduan gaya daring kami.Panduan Gaya.