Rilis Berita

Gereja Mengadakan Pameran Pendidikan Pertama di Area Asia

“Ini adalah Gereja Allah. Dan ketika Anda datang ke pameran semacam ini, Anda akan selalu menerima hal-hal baik darinya karena itu bekerja untuk Allah,” tutur Kittaporn Kitsawat, yang melayani di Presidensi Pasak Bangkok Barat Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir.

Dia berbicara mengenai seri Pameran Pendidikan Asia Area Gereja yang pertama yang diadakan mulai 17 Oktober 2025 di tujuh lokasi di Kamboja, Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Dengan kehadiran 850 orang sejauh ini, pameran ini mencapai tujuannya untuk meningkatkan kesadaran akan sumber daya pendidikan dan kemandirian serta kesempatan yang disediakan Gereja khususnya bagi anggota remaja, dewasa lajang muda, dan dewasa yang bekerja yang berniat meningkatkan kemandirian mereka.

Peserta mengikuti acara empat jam yang meliputi peran pendidikan dalam rencana Allah bagi anak-anak-Nya, menggunakan permainan untuk melibatkan audiens, menggunakan sesi pemisahan untuk memfasilitasi pemelajaran grup, dan stan-stan untuk pengalaman yang lebih personal. Brigham Young University-Hawaii (BYU-H), BYU-Pathway Worldwide (BYU-PW), dan departemen Seminari dan Institut (S&I) Gereja serta Kesejahteraan dan Kemandirian (WSR) ditampilkan sebagai presenter.

Bersama-sama, kegiatan-kegiatan ini membingkai suatu pandangan observasi penuh antusias akan sebuah rencana untuk meningkatkan kehidupan orang baik secara rohani maupun jasmani untuk memenuhi potensi ilahi mereka.

Pendidikan untuk Perubahan Generasi

00175_2025_October_18_Cambodia_Education_Fair_Phnom-Penh.jpg
00175_2025_October_18_Cambodia_Education_Fair_Phnom-Penh.jpg
Veasna Neang, mantan presiden Misi Phnom Penh Kamboja dan alumni universitas Gereja, berbagi tentang dampak pendidikan terhadap Kamboja setelah Pekan Pendidikan Area Asia di Distrik Phnom Penh Timur Kamboja pada 18 Oktober 2025.2025 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
Download Photo

“Saya ingat ketika Presiden Nelson datang ke Kamboja, dia meminta orang Kamboja untuk melakukan dua hal: pergi ke bait suci dan dapatkan pendidikan yang baik,” kenang Veasna Neang, mantan presiden misi Phnom Penh Kamboja.

Sebagai salah seorang Kamboja pertama yang menuntut ilmu di universitas Gereja di Hawaii, Presiden Neang telah menyerap ke dalam hatinya panggilan pada pendidikan sebagai pemuda berusia 20 tahun dan mendapati pengalaman tersebut “mentransformasi hidup saya untuk menjadi orang yang lebih baik.” Dia terdidik bukan saja dalam pengetahuan jasmani tetapi juga rohani untuk memahami bagaimana Gereja berfungsi untuk memberkati kehidupan anggota secara holistik.

Dia menyatakan keyakinannya bahwa pendidikan dapat mengubah “seluruh generasi Kamboja dari kemiskinan ke kehidupan yang lebih baik” dan membantu orang Kamboja “mengatasi sejarah Kamboja yang kelam”, ketika peperangan berulang menekan pendidikan dan rezim Khmer Merah dengan sengaja menghabisi yang berpendidikan.

“Sekarang saya melihat tangan Tuhan karena Dia tidak dapat menghentikan peperangan namun Dia dapat memberikan pendidikan kepada manusia agar pendidikan itu dapat menghentikan perang,” ujar Presiden Neang. “Saya percaya

dengan segenap hati saya bahwa bukan saja itu penting, tetapi teramat perlu akan hadirnya pendidikan di Kamboja.”

Presiden Distrik Phnom Penh Timur Tay Sokha Phirum sendiri tidak berkesempatan untuk menuntut ilmu di BYU-H, tetapi impiannya selama ini untuk mengirimkan anak-anaknya ke sana menjadi kenyataan sewaktu mereka mempersiapkan diri.

“Saya juga bersemangat bagi generasi berikutnya,” dia berbagi. “Saya ingin semua orang tua mempersiapkan anak-anak mereka yang dapat memperoleh pendidikan lebih tinggi untuk tumbuh dan mengubah Kamboja karena kami memiliki bait suci di sini, kami membutuhkan mereka—generasi muda penting bagi Gereja.”

Anggota muda seperti purnamisi Pha Doungchai dari Pasak Phnom Penh Kamboja Utara, yang memiliki gol pribadi untuk menuntun ilmu di BYU-H, mewakili harapan Presiden Tay bagi masa depan Gereja di negara tersebut.

“Saya ingin lulus dari perguruan tinggi saya di sana dan setelah saya lulus, saya ingin kembali, untuk membawa semua yang terbaik semampu saya dari Hawaii untuk datang ke sini membantu komunitas saya di Kamboja,” ujarnya.

“Ketika kita membangun sesuatu yang baik di dunia ini, khususnya ketika kita membawa apa yang kita miliki mengenai pendidikan untuk membantu dan melayani orang lain, itu akan menjadikan tempat yang ingin kita bangun sebagai kemuliaan bagi Allah.”

Pendidikan yang Membuka Kemungkinan

Supavadee Kasinsri tersentuh menemukan program seperti BYU-PW bersama putri remajanya. “Ini bukan saja bagi murid. Orang tua seperti saya juga dapat bergabung,” katanya setelah menghadiri pameran tersebut di Bangkok dari Pasak Utaranya. “Ini membuat saya tersentuh. Menelaah bersama putri saya, saya ingin terus memiliki saat-saat seperti ini.”

Tidak ada batasan usia untuk mengikuti BYU-PW dan yang di bawah umur dapat dipertimbangkan untuk ikut mendaftar dengan seizin orang tua. Bukan saja pasangan orang tua-anak dapat memilih dari sejumlah bidang yang amat praktis untuk dipelajari untuk mendapatkan sertifikasi yang dapat dilanjutkan menjadi gelar sarjana, pemelajaran juga sepenuhnya secara jarak jauh dan amat terjangkau karena sifatnya yang daring.

Bagi calon siswa yang masih memiliki kesulitan finansial, Gereja memiliki lebih banyak sumber daya untuk membantu. “Ketika saya memberi tahu mereka bahwa ada banyak dana tersedia bagi mereka untuk mendapatkan tambahan pendidikan, saya merasa bahwa mereka memiliki harapan dalam kehidupan mereka,” ujar manajer Kesejahteraan dan Kemandirian Thailand, Nopporn Janyasawangporn. “Mereka memiliki lebih banyak tujuan dan mereka berfokus pada lebih banyak pendidikan.”

Sifat fleksibel BYU-PW juga memungkinkan siswa menekuni studi dengan kecepatan mereka sendiri. Supisara Choosut, dari Pasak yang sama, pertama kali mengikuti program tersebut beberapa tahun lalu tetapi terpaksa berhenti karena kurangnya waktu. Namun, dia merasa amat terilhami untuk mengambil tindakan setelah mendengar presentasi BYU-PW di pameran itu dan memastikan untuk menghampiri stannya untuk bertanya lebih lanjut mengenai melanjutkan studinya.

Ketika mereka mengonfirmasi bahwa dia tidak perlu mengulang kursus apa pun dan dapat melanjutkan saja dari titik di mana dia berhenti, dia berseru, “Saya akan lakukan malam ini!”

Pendidikan sebagai Pintu menuju Penemuan Jati Diri

ef19.jpg
ef19.jpg
Presiden Distrik Kuala Lumpur Kelvin Kumar (paling kiri) tersenyum dalam pengambilan foto di segmen presentasi hadiah dari sesi informasi Pameran Pendidikan Area Asia di pusat distriknya pada 25 Oktober 2025.2025 by Intellectual Reserve, Inc. All rights reserved.
Download Photo

Bagi Presiden Distrik Kuala Lumpur Kelvin Kumar, Pekan Pendidikan itu telah hadir pada waktu yang paling tepat. “Saya pikir waktunya terilhami karena banyak dari kami mencari kesempatan untuk maju. Dengan sumber daya yang dapat ditawarkan Gereja, kita dapat menjadi mandiri, yakin diri, dan menghadapi tantangan-tantangan terkini yang dunia miliki,” ujarnya.

Jasmin Choy yang menghadiri distrik yang sama datang ke pameran untuk menemani putra remajanya dan tersentuh untuk belajar mengenai beragam opsi yang tersedia bukan saja bagi mereka tetapi juga yang lainnya di sekitar Area Asia. Dia secara pribadi merasakan dorongan kuat “seolah saya ingin memberi tahu semua orang.”

“Itu memberi banyak orang Malaysia kesempatan,” ujarnya. “Bukan hanya orang Malaysia, tetapi juga orang Thailand, Kamboja—kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang benar-benar bagus dan memperkenankan mereka benar-benar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Mereka dapat melayani Allah dengan kejernihan; berfokus pada apa yang benar-benar penting dalam hidup mereka.”

Siswa BYU-PW saat ini, Dashwin Selvan, membawa teman dewasa lajangnya ke pameran Kuala Lumpur di distrik mereka itu untuk menyemangatinya juga mendaftar untuk pendidikan lebih lanjut melalui sumber daya Gereja. Selvan mendapati kursus daringnya jauh lebih mudah untuk diambil dari yang diduga dan telah memperoleh kredit yang dapat dia gunakan di masa depan setelah rencananya untuk melayani misi terlebih dahulu kemudian pergi ke BYU-H.

“Saya merasa sepertinya pendidikan Gereja—tidak masalah berusia berapa, atau latar belakangnya, atau jika Anda tidak berbakat secara akademis—Anda tetap berkesempatan untuk belajar apa pun yang Anda inginkan atau sukai,” katanya.

Marvin, yang kini berencana mendaftar di BYU-H juga, menyatakan, “Saya pikir tidak ada batasan akan apa yang dapat Anda lakukan jika Allah ada di pihak Anda. Itu membuka potensi Anda.”

Acara Pameran Pendidikan terakhir diadakan pada 1 November di Surakarta, Indonesia, dan diketuai oleh anggota Presidensi Area, Penatua David L. Buckner. Seperti juga dengan Kuala Lumpur, penyelenggaraan acara disiarkan secara daring bagi para anggota di seluruh negeri tersebut untuk memperkenankan bagi semua yang berminat untuk ikut bergabung. Upaya ini membawa jumlah total peserta dari ketujuh pameran dari Siem Reap dan Phnom Penh di Kamboja, Bangkok dan Chiangmai di Thailand, Sibu dan Kuala Lumpur di Malaysia, serta Surakarta, Indonesia mencapai 1.019 orang.