Tanah-air Indonesia rawan gempa karena terletak di “Cincin Api Pasifik”. Getaran dirasakan di suatu tempat di kepulauan Indonesia hampir setiap hari. Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir telah menunjukkan komitmen terhadap upaya kemanusiaan dengan memberi bantuan kepada korban bencana alam. Gempa berkekuatan 5,6 yang melanda kabupaten Cianjur pada 21 November 2022 berdampak pada ribuan orang dan menyebabkan kerusakan signifikan pada banyak desa di dua distrik.
Dalam minggu-minggu setelah gempa, situasi menjadi mengerikan, dengan keluarga yang hidup dalam kondisi sempit dan menghadapi banyak tantangan. Ada 3-5 keluarga dan terkadang sebanyak 20 orang tinggal dalam satu tenda penampungan. Terbatasnya akses ke air bersih, fasilitas sanitasi yang tidak memadai, dan risiko penularan Covid yang lebih tinggi memperparah situasi tersebut. Awal musim hujan juga membawa risiko demam berdarah dan penyakit lain yang menambah tantangan yang dihadapi oleh masyarakat yang terkena dampak.
Menanggapi krisis tersebut, Gereja memainkan peran penting dalam memberikan bantuan kepada para penyintas, dengan Yayasan Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir menyediakan 1400 tempat penampungan sementara bagi keluarga yang kehilangan tempat tinggal. Organisasi lain, termasuk Adventist Development & Relief Agency (ADRA) dan KOMIDA, sebuah koperasi wanita setempat, bekerja tanpa lelah untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Selain menyediakan tempat penampungan sementara dan paket bantuan, Gereja dan organisasi lainnya menyadari pentingnya mempromosikan praktik kebersihan yang baik di antara mereka yang terkena dampak gempa bumi. Tim di lapangan mengamati bahwa banyak keluarga yang tinggal di tenda darurat menderita infeksi saluran pernapasan atas dan diare, yang dapat disebabkan oleh air yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk.
Untuk mengatasi masalah ini, tim melakukan kegiatan promosi kebersihan, mendidik para pengungsi tentang bahaya air yang terkontaminasi, dan mendorong mereka untuk menjaga praktik kebersihan yang baik selama tinggal di tenda. Tim juga menekankan pentingnya tidak membakar sampah yang dapat mencemari udara di dalam penampungan. Dengan memberikan pendidikan penting ini, organisasi yang terlibat dalam upaya bantuan dapat mengurangi risiko penyakit lebih lanjut dan memastikan bahwa keluarga yang terkena dampak dapat mulai membangun kembali kehidupan mereka di lingkungan yang lebih aman dan sehat.
Elder Lee serta Elder dan Sister Kane, relawan kemanusiaan untuk Gereja, termasuk di antara mereka yang terlibat dalam membagikan barang-barang penting ke desa-desa yang terkena dampak. Keterlibatan Gereja dalam upaya tanggap darurat menyoroti pentingnya dedikasi berkelanjutan Gereja dalam menyediakan bantuan kemanusiaan di saat krisis.
Salah satu penyintas gempa, Ibu Masidah, menghadapi berbagai tantangan pascabencana, terutama dengan kondisi kesehatan suaminya dan hilangnya rumah. Tinggal di tenda kolektif dengan keluarga besar menambah ketidaknyamanan yang mereka alami. Namun, berkat upaya Gereja serta mitra LSM, keluarga Ibu Masidah menerima paket bantuan dan mulai membangun kembali kehidupan mereka. Setelah mendirikan tenda sementara di atas reruntuhan rumahnya, Ibu Masidah berinisiatif membuka warung kecil untuk mencari nafkah bagi keluarganya.
Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, mengikuti nasihat Juruselamat untuk “sokonglah yang lemah, angkatlah tangan yang terkulai, dan kuatkanlah lutut yang lenglai” (A&P 81:5), dengan terus-menerus memainkan peran penting dalam menyediakan bantuan kemanusiaan di saat krisis.