Rilis Berita

Presiden Misi Indonesia Jakarta yang Baru

Pada tanggal 1 Juli 2021, Presiden Edwin Tandiman dan Sister Christine D. Tandiman memulai penugasan tiga tahun mereka untuk mengetuai Misi Indonesia Jakarta untuk Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir. Mereka menggantikan Presiden Greg Powell Mackay dan Sister Sheila Gilbert Mackay, yang telah melayani dalam peran itu sejak 1 Juli 2018.

Edwin_Chris_Tandiman_202105.jpgDownload Photo

Menjadi presiden misi adalah tanggung jawab yang berat. Presiden dan Sister Tandiman mengawasi kesehatan dan kesejahteraan setiap misionaris.

“Kami bertindak seperti orangtua mereka untuk membantu mereka merasa mereka mendapatkan kasih sayang dan perhatian seorang ayah dan ibu selama mereka berada di Indonesia,” tutur mereka. “Peran utama kami adalah membantu setiap misionaris untuk berhasil dengan cara mereka sendiri. Adalah penting bahwa mereka sendiri menjadi lebih sepenuhnya diinsafkan selain juga menginsafkan orang lain.

Kami menikmati doa keluarga 15 menit melalui Zoom setiap hari dengan semua misionaris sebelum mereka memulai hari mereka bekerja secara daring menggunakan teknologi. Kami membahas tulisan suci yang mereka baca di pagi hari dan kesan apa pun yang mereka terima melalui Roh Kudus. Ini memberi ilham untuk memulai hari mereka dengan benar.”

Tujuan kami sebagai misionaris adalah untuk mengkhotbahkan Injil dan mengundang orang lain untuk datang kepada Kristus. Kami melakukannya dengan membantu orang lain menerima Injil Yesus Kristus yang dipulihkan melalui:

  • Iman kepada Yesus Kristus dan pada pendamaian-Nya.
  • Pertobatan dan pembaptisan untuk pengampunan dosa.
    • Pembaptisan juga berarti membuat perjanjian untuk mengikuti Kristus dan ajaran-ajaran-Nya.
  • Menerima karunia Roh Kudus.
  • Berkomitmen untuk bertahan sampai akhir.

Presiden Tandiman lahir dan menghabiskan masa mudanya di Indonesia. Dia melayani misi sukarela penuh waktu di Indonesia dari tahun 1986 hingga 1988. Dia mendaftar di Brigham YoungUniversity-Hawaii pada tahun 1989, di mana dia mengambil jurusan ilmu komputer dan teknologi informasi.

Sister Tandiman lahir dan dibesarkan di Utah; dia juga mendaftar di BYU-Hawaii dan mengambil jurusan pendidikan jasmani, yang sekarang disebut ilmu kesehatan. Sebagai seorang atlet di SMA, dia mengetahui bahwa BYU-Hawaii memiliki tim lari lintas alam. Dia juga menerima beasiswa akademik parsial. Dia bekerja sebentar di Pusat Kebudayaan Polinesia sebelum mendapatkan pekerjaan di departemen atletik.

Mereka bertemu di kampus BYU-Hawaii dan menikah pada tanggal 20 Desember 1990. Mereka memiliki empat putri. Yang tertua lahir di Laie, Hawaii. Mereka lulus bersama pada tahun 1994. Semua putri mereka saat ini tinggal di Utah dan dua telah menikah. Mereka memiliki dua cucu perempuan dan mengharapkan dua cucu perempuan lagi tahun ini. Dua cucu yang akan lahir di bulan Desember adalah kembar!

Presiden Tandiman menikmati karier yang sukses di bidang teknologi informasi. Dia bekerja untuk Deseret Book selama 16 tahun dan kemudian bergabung dengan bisnis kecil milik keluarga di mana dia menyediakan pengembangan perangkat lunak untuk sistem manajemen internal, termasuk akuntansi, faktur, piutang, dll.

Sister Tandiman tumbuh sebagai anggota Gereja. Ketika dia menghadiri perkemahan remaja putri di Oakcrest pada suatu musim panas, dia menelaah tulisan suci dengan serius dan mendengar banyak kesaksian dari para pemimpin Remaja Putri, penasihat perkemahan, dan para gadis lainnya. Dia berdoa dan menerima pengukuhan bahwa Gereja adalah benar. Dia mengembangkan kesaksian yang sangat kuat dan membuat komitmen untuk lebih mengembangkan imannya.

Presiden Tandiman memperoleh kesaksian tentang Injil yang dipulihkan melalui teladan orangtuanya. Orangtuanya dibaptiskan pada tahun 1970 tepat setelah Penatua Ezra Taft Benson, seorang Rasul Tuhan, mendedikasikan Indonesia untuk pengkhotbahan Injil pada tahun 1969.

Ayahnya, sebelum bergabung dengan Gereja, memiliki peran dalam memungkinkan pengkhotbahan Injil di Indonesia. Gereja harus didirikan sebagai organisasi hukum yang dapat diakui oleh pemerintah. Ayahnya adalah seorang pengacara dan penerjemah hukum yang disewa oleh Gereja untuk memfasilitasi mendapatkan pengakuan. Setelah Gereja diakui, ayahnya bertemu dengan enam misionaris pertama yang dipanggil untuk melayani di Indonesia. Dia menerima pelajaran dan bergabung dengan Gereja bersama istri dan anak-anaknya.

Presiden Tandiman dibaptiskan saat berusia 11 tahun. Dia menghadiri Pratama, yang merupakan pertemuan untuk anak-anak kecil, dan program Remaja Putra. Dia memperoleh kesaksiannya pada usia 11 tahun saat menyaksikan ibu dan ayahnya tanpa lelah melayani Tuhan dan orang lain. Kesaksiannya datang dengan cara yang sederhana. Dia tahu bahwa apa yang dilakukan orangtuanya adalah baik dan dia ingin menjadi seperti mereka.

Sister Tandiman melayani selama bertahun-tahun di organisasi pelengkap Pratama dan Remaja Putri. Dia melayani dalam presidensi dan sebagai pembimbing Remaja Putri. Presiden Tandiman mulai melayani sebagai uskup pada tahun 2000 ketika keluarga mereka masih sangat muda. Dia kemudian melayani sebagai anggota dewan tinggi pasak. Dia melayani sebagai penasihat kedua dalam keuskupan sesaat sebelum diminta untuk melayani sebagai presiden misi. Tulisan suci favoritnya adalah Ajaran dan Perjanjian 64:33, Karenanya, janganlah letih dalam melakukan yang baik, karena kamu sedang meletakkan landasan suatu pekerjaan besar. Dan dari hal-hal yang kecil mulailah apa yang besar."

Mengenai memulai pelayanannya di Indonesia di tengah pandemi global, Presiden Tandiman mengatakan, "Kami akan menghadapi tantangan, tetapi kami melihatnya sebagai peluang untuk menjadi murid Yesus Kristus yang lebih baik."

Sister Tandiman menggambarkan pengalaman awal mereka dalam misi, “Senang melihat misionaris dan anggota saling membantu dan menjangkau sesama untuk membantu mereka di saat mereka memiliki kebutuhan.”

Presiden misi biasanya mengawasi dan melatih rata-rata 170 hingga 180 misionaris selama waktu tertentu dalam batas geografis misi. Selama tiga tahun penugasan mereka, mereka akan bekerja dengan kurang lebih 300‒400 orang muda saat mereka mengarahkan pelayanan sukarela dari para misionaris muda yang akan mengkhotbahkan Injil di Indonesia. Misionaris muda melayani penuh waktu selama 18‒24 bulan dan biasanya berusia antara 18 hingga 25 tahun. Mereka menjalankan iman yang besar untuk menunda rencana mereka untuk pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan selama waktu ini ketika mereka melayani tanpa kompensasi untuk berbagi Injil Yesus Kristus. Beberapa akan mengurbankan tabungan hidup mereka untuk melayani. Yang lain menerima dukungan keuangan dari keluarga dan teman. Semua misionaris memperoleh keterampilan hidup yang mendatangkan bagi mereka berkat-berkat seumur hidup. Misionaris asing tumbuh untuk mengasihi rakyat Indonesia dan kembali ke tanah air untuk menjadi duta persahabatan seumur hidup bagi rakyat Indonesia dan budaya mereka.

“Misi Indonesia Jakarta saat ini berada dalam kondisi setengah kekuatan. Semua misionaris sudah keluar dari karantina, tetapi sekarang Indonesia berada di pusat pandemi. Oleh karena itu, para misionaris kebanyakan melakukan pencarian jiwa secara daring menggunakan teknologi. Semua misionaris yang saat ini melayani adalah pemuda-pemudi Indonesia. Ini adalah pengurbanan besar bagi para misionaris lokal ini, karena di Indonesia, sulit bagi kaum muda untuk kembali ke sekolah setelah mereka menunda pendidikan mereka selama lebih dari setahun. Karena kesulitan ini, menjadi tantangan bagi banyak dari mereka untuk menjadi lebih mandiri setelah misi mereka,” kata Presiden Tandiman.

Bagaimanapun, dia tahu bahwa “sewaktu mereka tetap setia seusai misi mereka, keterampilan hidup yang mereka kembangkan selama pelayanan misionaris mereka akan memperkaya kemampuan mereka untuk berhasil dalam karier masa depan dan gol serta rencana mereka terkait pendidikan. Keterampilan hidup ini mencakup iman yang lebih besar, tekad, keteguhan, ketahanan, dan keterampilan belajar sementara mengenyangkan diri dengan firman Allah dalam tulisan suci dan wahyu pribadi.”

Dia melanjutkan, “Kami bersyukur atas program Rencana Saya Gereja yang dimaksudkan untuk memperkuat kemampuan mereka dalam memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Karena Program Pathway Gereja, mereka dapat melanjutkan pendidikan mereka secara daring ketika mereka menyelesaikan misi mereka.”

Presiden Tandiman bersaksi tentang berkat-berkat besar yang Allah curahkan kepada mereka yang setia dalam menaati perintah-perintah Allah. Meskipun pekerjaan misi akan membutuhkan iman yang besar dan doa, mereka mengatakan bahwa mereka tahu bahwa itu ada di tangan Tuhan, dan mereka akan bersukacita untuk membantu lebih banyak misionaris lokal muda mengambil bagian dalam berkat-berkat pelayanan misionaris akhir tahun ini.

Catatan Panduan Gaya:Ketika melaporkan tentang Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir, mohon gunakan nama lengkap Gereja dalam rujukan pertama. Untuk informasi lebih lanjut mengenai penggunaan nama Gereja, pergi ke panduan gaya daring kami.Panduan Gaya.